Saturday 16 September 2017

Apa saja peran Guru ? inilah peran Guru dalam Pembelajaran


Istilah guru pada saat ini mengalami penciutan makna. Guru adalah orang yang mengajar di sekolah. Orang yang bertindak seperti guru seandainya di berada di suatu lembaga kursus atau pelatihan tidak disebut guru, tetapi tutor atau pelatih. Padahal mereka itu tetap saja bertindak seperti guru. Mengajarkan hal-hal baru pada peserta didik.
Terlepas dari penciutan makna, peran guru dari dulu sampai sekarang tetap sangat diperlukan. Dialah yang membantu manusia untuk menemukan siapa dirinya, ke mana manusia akan pergi dan apa yang harus manusia lakukan di dunia. Manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya memerlukan bantuan orang lain, sejak lahir sampai meninggal. Orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan harapan guru dapat mendidiknya menjadi manusia yang dapat berkembang optimal.
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individu, karena antara satu perserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Mungkin kita masih ingat ketika masih duduk di kelas I SD, gurulah yang pertama kali membantu memegang pensil untuk menulis, ia memegang satu persatu tangan siswanya dan membantu menulis secara benar. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggungjawab terhadap setiap perbuatannya. Guru juga bertindak bagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana. Guru-lah yang menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya, menjadi perawat, dan lain-lain yang sangat menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme.
Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara dan bangsa.

Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai :
1. Orang tua, yang penuh kasih saying pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.
3. Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Menjadi pembantu ketika diperlukan.
Demikian beberapa peran yang harus dijalani seorang guru dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh para siswanya.
WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu
(1) pendidik (nurturer),
(2) model,
(3) pengajar dan pembimbing,
(4) pelajar (learner),
(5) komunikator terhadap masyarakat setempat,
(6) pekerja administrasi, serta
(7) kesetiaan terhadap lembaga.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Secara formalnya,
1. Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis mengikuti tahap tertentu.
Proses perkembangan siswa mencakup:
§ Proses biologis
§ Proses kognitif
§ Proses social
Perkembangan kognitif mengacu pada perubahan struktur skema
Kemampuan klasifikasi anak mulai berkembang pada periode operasi konkret
Ciri utama periode operasi formal adalah anak mampu memahami makna suatu hal
Jika ditinjau dari segi perkembangan siswa sekolah dasar, maka isi mata pelajaran sebenarnya adalah sesuatu yang terpadu dengan kehidupan anak
Konsep pendekatan perkembangan dari dimensi umur menghendaki guru melakukan:
§ Mempersiapkan program yang sesuai
§ Menciptakan lingkungan guru yang kondusif
§ Merencanakan pengalaman belajar yang terpadu
Keragaman individual siswa tetap menjadi acuan bagi guru dalam melaksanakan proses pembejaran. Satu hal yang dapat dilakukan untuk mengakomodasi hal tersebut adalah mencoba memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan
Pola dasar interaksi guru-siswa di sekolah terwujud dalam bentuk guru merespon kebutuhan siswa dalam suasana hangat dan menumbuhkan kesan akan pemahaman orang dewasa terhadap anak
Evaluasi terhadap hasil belajar anak dilakukan dengan cara tes dan pengamatan.

2. Peran Guru dalam Pengembangan Rancangan Pembelajaran
Pendidikan adalah suatu yang telah diperoleh. Pengertian tersebut adalah dari cara pandang guru yang memandang pendidikan sebagai kata benda
Inkuiri reflektif dalam proses pembelajaran mengandung makna di dalam proses pembelajaran telah terjadi proses sintetis dan analitis
Proses pembelajaran memiliki fungsi yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik yaitu:
§ Pengembangan
§ Peragaman
§ Integrasi
Analisis kurikulum bagi seorang guru berarti merumuskan rencana dan bahan ajar yang lebih bermakna sesuai dengan perkembangan pserta didik
Siswa akan menunjukkan respon positif terhadap tugas-tugas yang diberikan guru selama proses pembelajaran. Rumus tujuan pembelajaran itu merupakan contoh tujuan efektif
Dalam proses pembelajaran, Bu Tuti memberikan ilustrasi tentang pentingnya materi yang akan dipelajari untuk kehidupan siswa dimasa yang akan datang. Kegiatan itu dilakukan Bu Tuti pada waktu membuka proses pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya tidak mengajukan pertanyaan kepada kelas dan menunggu siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab
Guru melakukan evaluasi formatif dengan cara memberikan latihan diantara penjelasan materi pada setiap pertemuan pembelajaran.

3. Peran Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen Kelas
Seorang guru dapat dikatakan telah melakukan pembelajaran jika terjadi perubahan perilaku pada peserta didik akibat dari kegiatan tersebut
Dampak instruksional dan dampak pengiring bersifat terpadu
Manajemen kelas merupakan proses penanaman disiplin pada siswa. Cara pandang itu adalah pendekatan otoriter
Jika guru memberikan kebebasan pada peserta didik untuk belajar dan melakukan semua yang mereka kehendaki maka guru tersebut menggunakan pendekatan permisif
Pendekatan optimal adalah proses pengembangan lingkungan belajar yang dikehendaki dan menekankan sekecil mungkin pembatasan-pembatasan
Keuntungan yang diperoleh guru dan peserta didik, jika belajar dalam kelompok kecil maka:
i. Pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik
ii. Peserta didik merasa bertanggungjawab
iii. Guru dapat memantau pekerjaan peserta didik secara langsung

4. Peran Guru dalam Evaluasi pembelajaran
Proses evaluasi mendapat informasi, mempertimbangkan dan dan membuat keputusan
Jika guru ingin mendapatkan informasi tentang pendapat dan perasaan siswa tentang proses pembelajaran yang sedang berlangsung, maka teknik yang tepat adalah inkuiri
Teknik pengumpulan informasi yang paling obyektif adalah testing
Untuk mengumpulkan informasi tentang pendapat, perasaan, dan minat siswa, instrument yang paling tepat digunakan adalah koesioner
Untuk memperoleh informasi tentang cara siswa mengemukakan suatu pendapat dan cara menganalisisnya, guru sebaiknya membuat ragam soal uraian
Tujuan evaluasi formatif adalah menilai keberhasilan proses mengajar.



4.   PERANAN GURU DALAM PENDIDIKAN
TUGAS GURU
 
Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.

 
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.

 
Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.

 
Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.

 
Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.

 
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.

 
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.

 
Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional. 


Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi manusia, person (pribadi) dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar) atau (pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya, tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah berbudaya, artinya di sini jelas kalau yang pertama yaitu training menyiapkan orang itu menjadi guru, membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya menjadi manusia yang berbudaya, sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendininya orang menjadi berbudaya, sebab seorang yang dididik dengan baik tidak dengan sendininya menjadi manusia yang berbudaya. 

Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau terpelajar, akan tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya berbudaya. Maka mengingat pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di satu pihak mempersiapkan mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak membuat mereka menjadi manusia dalam artian manusia berbudaya, kiranya perlu dikemukakan mengapa guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya. Oleh kanena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi melaksanakan hakikat sebagai bagian dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya juga berbudaya. Untuk menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini tergantung 3 elemen pokok yaitu :
1.      Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial training) harus mampu menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di sekolah melalui jalur pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak mungkin seseorang dapat dianggap sebagai guru atau tenaga kependidikan yang baik di satu bidang pengetahuan kalau dia tidak menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini bukan berarti bahwa seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan dengan baik dapat menjadi guru yang baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni. Tetapi sebaliknya biar bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art of teaching), selama ia tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan pantas dianggap menjadi guru.
 

2.      Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus dapat diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar untuk aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka untuk mampu menguasai pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk dapat menguasai satu dasar kebudayaan yang kuat. Jadi bagi guru-guru juga perlu diberikan dasar pendidikan umum.
 

3.      Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya merupakan satu pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang dalam dirinya (secara ideal kita harus mampu melaksanakannya) meliputi pemagangan. Mengapa perlu pemagangan, karena mengajar seperti juga pekerjaan dokter adalah seni. Sehingga ada istilah yang populer di dalam masyarakat tentang dokter yang bertangan dingin dan dokter yang bertangan panas, padahal ilmu yang diberikan sama. Oleh karena mengajar dan pekerjaan dokter merupakan art (kiat), maka diperlukan pemagangan. Karena art tidak dapat diajarkan adalah teknik mengajar, teknik untuk kedokteran. Segala sesuatu yang kita anggap kiat, begitu dapat diajarkan diakalau menjadi teknik. Akan tetapi kalau kiat ini tidak dapat diajarkan bukan berarti tidak dapat dipelajari. Untuk ini orang harus aktif mempelajarinya dan mempelajari kiat ini harus melalui pemagangan dengan jalan memperhatikan orang itu berhasil dan mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa yang satu lebih berhasil, mengapa yang lain kurang berhasil.
PERAN GURU
 
WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.

 
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.

 
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.

 
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
 

Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
 
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.

 
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.

 
Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.

DELAPAN KOMPONEN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

DELAPAN KOMPONEN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

Pendahuluan 
Seorang guru professional telah mengikuti beberapa pelatihan yang berkaitan dengan keterampilan dasar mengajar. Dalam keterampilan dasar mengajar tersebut ada 8 keterampilan yang dapat digunakan guru selama proses belajar mengajar yaitu; keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin menjadi seorang guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai sumbstansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses belajar mengajar. Sari dari keterampilan dasar mengajar ini diambil dari berbagai sumber dimana bahan ini digunakan untuk para mahasiswa yang melakukan praktek mengajar di sekolah sebelum dia bekerja sepenuhnya sebagai seorang guru.
Kalau ditilik dari sejarah perkembangan profesi seorang guru, tugas mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua: karena tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap tertentu sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan perkembangan teknologi yang akhir-akhir semakin pesat, seorang guru dituntut untuk lebih menambah kualitas ilmu dengan banyak belajar dari berbagai sumber ilmu yang dimiliki oleh guru harus diajarkan kepada siswa dengan keterampilan mengajar yang baik. Selain pengetahuan ilmu yang harus ditambah, guru juga penting menguasai beberapa keterampilan mengajar, karena betapapun tingginya ilmnu yang dimiliki oleh seorang guru itu, jika tidak menguasai keterampilan mengajar, maka akan sulit bagi seorang siswa menyerap ilmu yang diberikan oleh guru tersebut.
Pada kenyataannya dewasa ini banyak para guru yang mengajar dengan pola tradisional dan mengabaikan keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar ini.
Pembahasan 
Pada kenyataannya dewasa ini banyak para guru yang mengajar dengan pola tradisional dan mengabaikan keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar ini. Padahal 8 (delapan) keterampilan dasar bagi seorang guru sangatlah penting, karena menyangkut efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran, berikut ini penulis menyajikan 8 (delapan) keterampilan dasar bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas di kegiatan belajar dan mengajar.
1. Ketrampilan Bertanya
Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan dengan proses pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, atara siswa ini menunjukan adanya ineraksi dikelas yang di dinamis dan multi arah. Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Tujuan guru mengajukan pertanyaan anatra lain adalah :
1) mengembangkan pendekatan CBSA 
2) menimbulkan rasa keingintahuan 
3) merangsang fungsi berpikir 
4) mengembangkan keterampilan berpikir
5) memfokuskan perhatian siswa 
6) menstruktur tugas yang akan diberikan 
7) mendiagnosis kesulitan belajar siswa 
8) menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya 
9) merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan dan terapan siswa sebagai subjek didik.
Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu guru pemula maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa atau peserta didik.
a. Bertanya Dasar dan Bertanya Lanjut
Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan dengan proses pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, atara siswa ini menunjukan adanya ineraksi dikelas yang di dinamis dan multi arah. Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu guru pemula maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa atau peserta didik.
b. Teknik Bertanya
Yang dimaksud dengan teknik bertanya adalah sejumlah cara yang dapat digunakan oleh kita sebagai guru untuk mengajukan pertanyaan kepada peserta didiknya dengan memperhatikan karakteristik dan latar belakang peserta didik. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, peserta didik akan terangsang untuk berimajinasi sehingga dapat mengembangkan gagasan-gagasan barunya. Pertanyaan yang baik memiliki kriteria-kriteria khusus seperti: jelas, informasi yang lengkap, terfokus pada satu masalah, berikan waktu yang cukup, sebarkan terlebih dahulu pertanyaan kepada seluruh siswa, berikan respon yang menyenangkan sesegera mungkin dan yang terakhir tuntunlah jawaban siswa sampai ia menemukan jawaban sendiri.
c. Pertanyaan
Ada 4 jenis pertanyaan yang dapat kita gunakan dalam melaksanakan tugas pembelajaran, antara lain : 
(1) pertanyaan permintaan 
(2) pertanyaan mengarahkan atau menuntun dan 
(3) pertanyaan yang bersifat menggali serta 
(4) pertanyaan retoris. 
Selain itu ada juga pertanyaan inventori yang terdiri dari 3 jenis yaitu (1) pertanyaan yang mengungkap perasaan dan pikiran (2) pertanyaan yang menggiring siswa untuk mengidentifikasi pola-pola perasaan pikiran dan perbuatan dan (3) pertanyaan yang menggiring peserta didik untuk mengidentifikasi akibat-akibat dari perasaan, pikiran dan perbuatan. Pertanyaan-pertanyaan berguna untuk memacu gagasan peserta didik misalnya dalam hal memancing gagasan/ide peserta didik dalam memecahkan masalah.
Sedangkan pertanyaan menurut taksonomi Bloom, yaitu: pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowlagde question), pemahaman (conprehention question), pertanyaan penerapan (application question), pertanyaan sintetis ( synthesis question) dan pertanyaan evaluasi (evaluation question).
Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Dan harus menghindari kebiasaan seperti : menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak, menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya dan mengajukan pertanyaan ganda. Dalam proses belajar mengajar setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respons siswa sehingga dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, di masukkan dalam golongan pertanyaan. Ketrampilan bertanya di bedakan atas ketrampilan bertanya dasar dan ketrampilan bertanya lanjut.
Ketrampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang di maksud adalah : Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singakat, Pemberian acuan, pemusatan, Pemindah giliran, Penyebaran, Pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.
Sedangkan ketrampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan dari ketrampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar pertisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri. Ketrampilan bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan ketrampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah : Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi.
2. Ketrampilan Memberikan Penguatan
Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal. Penguatan verbal merupakan penghargaan yang dinyatakan dengan lisan, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan mimik, gerakan tubuh, pemberian sesuatu, dan lain-lainnya. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan.
Manfaat penguatan bagi siswa untuk meningkatnya perhatian dalam belajar, membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri, dan memelihara iklim belajar yang kondusif.
Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Memberi Penguatan
Komponen-komponen itu adalah : Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Dan penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh. Penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.
Penggunaan penguatan dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Penguatan dengan maksud seperti itu terdiri dari penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif berupa pemberian ganjaran untuk merspons perilaku siswa yang sesuai dengan harapan guru sehingga ia tetap merasa senang mengikuti pelajaran di kelas. Penguatan negatif berupa penghentian keadaan yang kurang menyenangkan sehingga siswa merasa terbebas dari keadaan seperti itu.
Agar memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik pelaksanaannya. Di samping itu juga perlu diingat bahwa penguatan harus diberikan dengan hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi siswa, dan jangan menggunakan kata-kata yang tidak pada tempatnya.
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis.
3. Ketrampilan Mengadakan Variasi
Hakikat dan Manfaat Variasi Dalam Kegiatan Pembelajaran
Variasi mengandung makna perbedaan. Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk memacu dan mengikat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung. Tujuan utama guru mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mengurangi kebosanan siswa sehingga perhatian mereka terpusat pada pelajaran.
Komponen dan Prinip-prinsip Keterampilan Mengadakan Variasi
Keterampilan mengadakan variasi terdiri dari tiga kelompok pokok, yaitu variasi gaya mengajar, variasi pengalihan penggunaan indra, dan variasi pola interaksi. Variasi gaya mengajar meliputi suara jeda, pemusatan, gerak dan kontak pandang. Variasi pengalihan penggunaan indra dapat dilakukan dengan pemanipulasian indra pendengar, penglihatan, pencium, peraba dan perasa. Komponen variasi ini erat kaitannya dengan variasi penggunaan media atau alat bantu pembelajaran. Variasi pola interaksi mencakup pola hubungan guru dan siswa.
Penerapan keterampilan mengadakan variasi harus dilandasi dengan maksud tertentu, relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, sesuai dengan materi dan latar belakang sosial budaya serta kemampuan siswa, berlangsung secara berkesinambungan, serta dilakukan secara wajar dan terencana
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang di tujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :
a. Variasi dalam cara mengajar guru, meliputi : penggunaan variasi suara (teacher voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gerakan badan mimik: variasi dalam ekspresi wajah guru, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru ( teachers movement).
b. Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut : variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengart (auditif aids), variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).
c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
4. Ketrampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan ketrampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Secara garis besar komponen-komponen ketrampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu : Merencanakan, hal ini mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Dan penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.
Pengertian menjelaskan dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran mengacu kepada perbuatan mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana dan sistematis sehingga dalam penyajiannya siswa dengan mudah dapat memahaminya.
Pentingnya penguasaan keterampilan menjelaskan bagi guru adalah dengan penguasaan ini memungkinkan guru dapat meningkatkan efektivitas penggunaan waktu dan penyajian penjelasannya, mengestimasi tingkat pemahaman siswa, membantu siswa memperluas cakrawala pengetahuannya, serta mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana dan sumber belajar.
Kegiatan menjelaskan dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, prosedur, dan sebagainya secara objektif, membimbing siswa memahami pertanyaan, meningkatkan keterlibatan siswa, memberi siswa kesempatan untuk menghayati proses penalaran serta memperoleh balikan tentang pemahaman siswa.
Komponen-komponen dan Prinsip-Prinsip Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan merencanakan penjelasan mencakup (a) isi pesan yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai dengan contoh-contoh dan (b) hal-hal yang berkaitan dengan siswa. Keterampilan menyajikan penjelasan mencakup (a) kejelasan, (b) penggunaan contoh dan ilustrasi yang mengikuti pola induktif dan deduktif (c) pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting, serta (d) balikan.
Penyajian penjelasan harus didasari prinsip-prinsip (a) adanya relevansi antara penjelasan dengan tujuan pembelajaran, (b) sesuai dengan keperluan, (c) mengingat latar belakang dan kemampuan siswa, (d) diberikan secara spontan atau sesuai dengan rencana yang telah disiapkan, dan (e) isi penjelasan bermakna bagi siswa
5. Ketrampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran
a. Membuka Pelajaran 
Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan jalannya seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran. Dalam tahap ini, yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah menetapkan sikap dan minat yang benar di antara anggota kelas.
1. Hubungan dengan Kelas
Ada banyak hal yang masih memikat perhatian murid di luar ruangan kelasnya. Hal tersebut dapat membuat murid tidak memerhatikan pelajaran yang disampaikan. Untuk mengatasi hal ini, guru dapat menetapkan titik hubungan antara murid dan pelajaran yang disampaikan. Pembukaan pelajaran harus sesuai dengan minat dan kebutuhan murid. Guru juga harus dapat membangkitkan minat belajar sampai murid dapat memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran. Pembukaan pelajaran dengan metode yang terbaik pun tidak akan ada manfaatnya jika tidak mampu membawa murid untuk memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran.
2. Menghubungkan Pelajaran
Saran-saran berikut ini merupakan cara-cara yang efektif untuk mengenalkan sebuah pelajaran.
1) Hubungkan pelajaran dengan pelajaran-pelajaran sebelumnya
Setiap pelajaran baru yang diajarkan merupakan bagian dari kurikulum yang sudah ditetapkan. Pelajaran itu harus dihubungkan dengan pelajaran-pelajaran lain agar menarik perhatian murid dan menajamkan pengertian mereka terhadap rangkaian pelajaran tersebut. Pelajaran dalam pertemuan sebelumnya harus diulang untuk dihubungkan dengan pelajaran yang baru. Metode untuk menghubungkan pelajaran yang sekarang dengan pelajaran sebelumnya harus divariasikan. Seorang guru tidak akan kehilangan waktu mengajarnya bila mengulang pelajaran sebelumnya. Jika seorang guru memunyai waktu 35 menit untuk mengajar, gunakan waktu lima menit pertama untuk menetapkan titik hubungan.
2) Umumkan pokok pelajaran secara wajar tidak perlu mengumumkan pokok pelajaran secara resmi. Yang penting adalah bagaimana kita dapat menyajikannya dengan lebih menarik, tetapi penuh dengan keterangan. Penyampaian pokok pelajaran harus menarik minat murid seperti halnya penyampaian pokok berita dalam sebuah surat kabar.
3) Nyatakan sasaran dan tujuan pelajaran banyak pendapat mengenai penyampaian sasaran dan tujuan pelajaran kepada murid. Ada yang berpendapat, sebaiknya hal tersebut disampaikan di akhir pelajaran. Ada juga yang berpendapat untuk menyampaikannya di awal pelajaran. Tidak semua pelajaran harus dilakukan dengan cara yang sama. Jika pelajaran tersebut, misalnya mengenai larangan minuman keras, penginjilan, atau pelajaran khusus tentang perayaan hari-hari tertentu, lebih baik sasaran dan tujuan disampaikan di awal pelajaran.
4) Garis besar harus jelas menyampaikan pokok pikiran atau garis besar pelajaran untuk menarik perhatian sangatlah penting. Penyampaian ini seperti halnya penyampaian tajuk rencana dalam sebuah surat kabar yang dapat menarik minat para pembaca untuk melihat lebih lanjut tulisan-tulisan dalam surat kabar tersebut. Garis besar pelajaran bisa disampaikan dengan lengkap atau hanya ringkasannya saja.
3. Menguraikan Pelajaran
Setelah memperkenalkan pelajaran, guru harus mengajarkan pelajaran sesuai dengan rencana yang telah disiapkan. Mutu persiapan dapat terlihat pada waktu pengajaran itu disampaikan. Satu hal yang perlu diingat, jika tidak ada murid yang belajar dari pengajaran tersebut, itu berarti guru belum mengajarkan pelajaran itu. Evaluasi yang terbaik bukanlah apa yang dikatakan guru, tetapi apa yang dipelajari oleh murid.
1) Merangsang Pikiran
Mengajukan pertanyaan merupakan metode yang efektif untuk merangsang pikiran murid. Pancing murid untuk memikirkan sedalam mungkin setiap uraian yang disampaikan oleh guru. Pengujian murid secara teratur bisa menjaga perhatian murid untuk tetap tajam sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana murid mendapat manfaat dari pelajaran itu. Satu cara untuk menuntun pikiran adalah dengan menerapkan pola pemikiran yang deduktif. Pola ini dimulai dengan guru menyebutkan satu prinsip atau pernyataan umum yang diikuti sejumlah lukisan atau ilustrasi. Kemudian libatkan murid dengan meminta mereka mencari contoh-contoh selanjutnya dari kehidupan mereka sendiri.
2) Doronglah Pengungkapan
Selain dirangsang untuk berpikir, murid juga perlu didorong untuk mengungkapkan pikirannya. Doronglah murid dengan menolong mereka mengemukakan penafsiran dan pengertiannya sendiri mengenai pelajaran itu. Cara yang terbaik untuk melaksanakan hal ini ialah dengan metode pengajaran induktif. Mula-mula guru mendapat bantuan murid untuk mengumpulkan fakta atau ilustrasi yang ada hubungannya dengan pelajaran. Sebagai hasilnya, murid-murid akan dapat menemukan hukum- hukum, prinsip-prinsip umum, atau tujuan pelajaran itu sendiri. Pengetahuan atau pengalaman murid-murid dapat dipakai untuk mencapai prinsip ini.
3) Menerapkan Kebenaran
Guru perlu membimbing murid-muridnya dalam keadaan khusus di mana murid harus mempraktikkan prinsip-prinsip iman Kristen mereka. Hal ini bisa membawa pertumbuhan rohani yang baik bagi murid. Guru yang terus-menerus menitikberatkan penerapan maupun pengetahuan yang diperoleh murid dapat membawa murid-muridnya belajar dan menerapkan pelajaran itu pada pilihan, tingkah laku, tindakan, sikap, dan keseluruhan hidup rohani mereka.
4. Menutup Pelajaran
Jangan akhiri pelajaran dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan sebaik mungkin agar sesuai. Guru perlu merencanakan suatu penutup yang tidak tergesa-gesa dan juga dengan doa sekitar tiga sampai lima menit.
1) Merangkum Pelajaran
Sebagai penutup, hendaknya guru memberikan ringkasan dari pelajaran yang sudah disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah tidak lagi berupa diskusi kelas atau penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi ringkasan dari hal-hal yang disampaikan selama jam pelajaran dengan menekankan fakta dasar pelajaran tersebut.
2) Menyampaikan Rencana Pelajaran Berikutnya
Waktu menutup pelajaran merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan rencana pelajaran berikutnya. Guru dapat memberikan kilasan pelajaran untuk pertemuan berikutnya. Diharapkan hal ini dapat merangsang keinginan belajar mereka. 
Sebelum kelas dibubarkan, ungkapkanlah pelajaran yang akan disampaikan minggu depan dan kemukakan rencana-rencana di mana murid dapat mengambil bagian dalam pelajaran mendatang.
3) Bangkitkan minat
Guru tentu ingin murid-muridnya kembali di pertemuan berikutnya dengan penuh semangat. Oleh karena itu, biarkan murid pulang ke rumah mereka dengan satu pertanyaan atau pernyataan yang mengesankan, yang dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu mereka. Sama seperti seorang penulis yang mengakhiri sebuah bab dalam cerita bersambung, yang membuat pembaca ingin segera tahu bab berikutnya. Dengan cara yang sama, guru dapat mengakhiri pelajarannya dengan penutup yang “berklimaks” sehingga seluruh kelas menantikan pelajaran berikutnya dengan tidak sabar.
4) Memberikan tugas
Tugas-tugas harus direncanakan dengan saksama, bahkan sebelum pelajaran dimulai. Perlu diingat pula sikap guru yang bersemangat dalam memberikan tugas akan mempengaruhi minat dan semangat para anggota kelas. (Benson : 80-85)
Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Komponen ketrampilan membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari. Komponen ketrampilan menutup pelajaran meliputi: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, dan mengevaluasi.

6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
7. Ketrampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan ketrampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentip) berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran, dan bersifat represif ketrampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
8. Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3 sampai 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.
Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan bentuk mengajar klasikal biasa yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil yang belajar secara kelompok dan beberapa orang siswa yang bekerja atau belajar secara perorangan. Format mengajar ini ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan siswa, adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat, cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran.
Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan perlu dikuasai guru karena penerapannya dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda. Selain itu, pembelajaran kelompok kecil dan perorangan memberi kemungkinan terjadinya hubungan interpersonal yang sehat antara guru dengan siswa, terjadinya proses saling belajar antara siswa yang satu dengan lainnya, memudahkan guru dalam memantau pemerolehan belajar siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dapat menumbuhkembangkan semangat saling membantu, serta memungkinkan guru dapat mencurahkan perhatiannya pada cara belajar siswa tertentu sehingga dapat menemukan cara pendekatan belajar yang sesuai bagi siswa tersebut.
Komponen ketrampilan yang digunakan adalah: 
1. Ketrampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, antara lain :
a. menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa,
b. mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa,
c. merespon secara positif pendapat siswa,
d. membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai,
e. menunjukkan kesiapan untuk membantu,
f. menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian,serta berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya. 
2. Ketrampilan mengorganisasi, ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar, antara lain ;
a. memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, dan cara mengerjakannya,
b. memvariasikan kegiatan untuk mencegah timbulnya kebosanan siswa dalam belajar,
c. membentuk kelompok yang tepat,
d. mengkoordinasikan kegiatan,
e. membagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa, serta
mengakhiri kegiatan dengan kulminasi. 
3. Ketrampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dilakukan melalui antara lain ;
a. memberi penguatan secara tepat,
b. melaksanakan supervisi proses awal,
c. melaksanakan supervisi proses lanjut, serta
d. melaksanakan supervisi pemaduan. 
4. Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara:
a. membantu siswa menetapkan tujuan belajar,
b. merancang kegiatan belajar,
c. bertindak sebagai penasihat siswa, 
d. sertamembantu siswa menilai kemajuan belajarnya sendiri
PENUTUP
Kesimpulan 
Diharapkan setelah menguasai delapan ketrampilan mengajar yang telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru sehingga dapat membina dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar. Ketrampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat, penguasaan komponen ketrampilan mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen ketrampilan yang objektif dan dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.


Hal-hal yg berkaitan dngan Keterampilan guru 

A.    Keterampilan Dasar Mengajar

Guru merupakan suatu tenaga professional yang berada dalam lingkungan kependidikan. Hal ini menuntut guru untuk memiliki suatu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru. Disamping itu juga guru juga harus menguasai suatu keterampilan dasar dalam mengajar, karena seoarang guru yang professional setidaknya harus memiliki dua modal dasar dalam mengelola kegiatan interaksi belajar mengajar, yaitu kemampuan mendesain program dan keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada anak didik. Dua modal dasar inilah yang dikenal dengan “Keterampilan Dasar Mengajar”.

Meskipun pada saat ini sebagian guru masih menggunakan cara-cara yang konvesional dalam pembelajaran. Hal ini dianggap masih mudah dilaksanakan dan peserta didik pun lebih paham dengan cara-cara konvesional guru dalam menyampaikan materi ajar. Namun dalam pembelajaran pun seorang guru harus mampu membangkitkan partisipasi peserta didik dalam belajar, sehingga pembelajaran berlangsung secara baik dan menyenangkan.
Banyak keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh seorang guru dan guru juga harus mampu mengkomninasikannya dengan baik. Namun dalam pelaksanaannya keterampilan dasar mengajar ini masih dianggap rumit oleh sebagian guru, karena guru harus memahaminya dengan baik agar dalam pembelajaran dapat terjadi interaksi balajar yang baik. Setidaknya ada delapan keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh guru agar dalam pembelajaran dapat terjadi interaksi timbale balik antara peserta didik dan guru serta sesama peserta didik.

B.     Beberapa Keterampilan Dasar Mengajar

1.      Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Dalam Usman (1979 : 91)yang dimaksud dengan keterampilan membuka dan menutup pelajaran (Set induction) adalah usaha sadar atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut dapat membawa efek positif dalam kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal jam pelajaran, tapi dapat dilakukan pada setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu.
Tujuan pokok siasat membuka pelajaran (Set induction)adalah:
  1. Menyiapkan mental anak didik agar siap memasuki materi yang akan dibicarakan.
  2. Menimbulkan minat serta pemusatan perhatian anak didik terhadap materi yang akan dibicarakan
Contoh:
Guru : Nah, anak-anak! Pada pertemuan kali ini kita akan mempelajari suatu pokok pembahasan baru tentang “Bangun datar”. Tetapi sebelum kita pelajari lebih lanjut topic tersebut, cobalah perhatikan dahulu ke depan. Gambar apakah yang Bapak pegang ini? Ya, kamu Beni dan seterusnya.
Untuk menyiapkan mental dan minat anak didik pada pelajaran, dapat dilakukan melalui upaya-upaya sebagai berikut:
  1. Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang telah disajikan.
  2. Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang akan dipelajari.
  3. Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
  4. Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman anak didik terhadap pelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajaki kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.
Kegiatan menutup pembelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Dengan menutup pembelajaran tersebut dapat memberi deskripsi pelajaran yang baru dipelajari oleh peserta didik, disamping itu untuk mengetahui tingkat pencapaian peserta didik dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Bentuk usaha guru dalam mengakhiri kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut:
  1. Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas atau dipelajari sehingga siswa memperoleh gambaran jelas tentang esensi pokok pelajaran yang baru dipelajari
  2. Mengonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal yang pokok dalam pembelajaran
  3. Mengorganisasikan semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari
  4. Memberikan tindak lanjut (follow up) berupa ajakan atau saran agar materi yang baru dipelajari jangan dilupakan serta agar dipelajari kembali di rumah.
Komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran
  1. a. Membuka pelajaran
Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi:
1)      Menarik perhatian siswa, antara lain dengan:
a)      Gaya mengajar guru
b)      Penggunaan alat bantu pelajaran
c)      Pola interaksi yang bervariasi
2)      Menimbulkan motivasi, antara lain dengan:
a)      Kehangatan dan keantusiasan
b)      Menimbulkan rasa ingin tahu
c)      Mengemukan ide yang bertentangan
d)     Memperhatikan minat siswa
3)      Memberi acuan melalui berbagai cara seperti:
a)      Mengemukan tujuan dan batas-batas tugas
b)      Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
c)      Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
d)     Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
4)      Membuat kaitan atau hubungan antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa
  1. b. Menutup Pelajaran
1)      Meninjaua kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan
2)      Mengevaluasi antara lain dengan:
a)      Mendemostrasikan keterampilan
b)      Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
c)      Mengeksplorasikan pendapat peserta didik
d)     Memberikan soal-soal tertulis

2.      Keterampilan Bertanya

Dalam pembelajaran tidak asing lagi dengan yang namanya bertanya. Hal ini sangat diperlukan dan seorang guru harus mamiliki keteranpilan bertanya sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula  akan memberikan dampak positif terhadap siswa, yaitu:
  1. Meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar
  2. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan
  3. Mengembangkan pola dan cara berpikir aktif dari peserta didik
  4. Menuntun proses berpikir siswa
  5. Memusatkan perhatian siswa
Dasar-dasar pertanyaan yang baik:
a.  Jelas dan mudah dimengerti
Pertanyaan perlu disusun secara jelas dan singkat, serta harus memperhitungkan kemampuan berfikir dan perbendaharaan kata ya ng dikuasai anak didik, serta hindari pertanyaan yang terlalu panjang dan berbelit-belit.
b.  Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan
Dalam mengajukan pertanyaan mungkin guru perlu memberikan acuan berupa penjelasan singkat berisi informasi yang sesuai dengan jawabanyang diharapkan
c.  Difokuskan pada suatu masalah tertentu
Pertanyaan dapat digunakan untuk memusatkan perhatian anak didik, disamping pemusatan perhatian dapat juga dilakukan dengan mengetuk meja, mengetuk papan tulis dan tepuk tangan.
  1. Berikan waktu yang cukup untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan
  2. Berikan respon yang ramah dan menyenangkan
  3. Tuntulah peserta didik sehingga mereka mampu menemukan jawaban sendiri dengan benar
Dalam menjawab pertanyaan, mungkin anak didik tidak dapat memberika jawan yang tepat, dala hal ini hendaknya guru memberikan tuntunan menuju suatu jawaban yang tepat. Hal ini dapat dilakukan seperti dengan mengulangi pertanyaan dengan cara lain dan nahsanya lebih sederhana serta susunan kata yang lebih mudah dipahami anak didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam keterampilan bertanya:
a.  Kehangatan dan keantusiasan
Dalam proses belajar, guru harus menunjukan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun menerima jawaban peserta didik. Sikap ini dapat ditunjukan dengan suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasan.
b.  Kebiasaan yang perlu dihindari
1)      Mengulang pertanyaan yang peserta didik tidak mampu menjawabnya
2)      Mengulang jawaban siswa
3)      Menjawab sendiri pertanyaan yang diberikan
4)      Usahakan pertanyaan yang diberikan tidak dijawab serempak oleh peserta didik
5)      Menentukan siapa siswa yang harus menjawab pertanyaan
6)      Pertanyaan ganda

3.      Keterampilan Menjelaskan

Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memilki beberapa komponen yang harus diperhatikan.
Komponen-komponen keterampilan menjelaskan
1)        Merencanakan
Perencanaan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerimaan pesan. Yang berkaitan dengan isi pesan (materi) meliputi penganalisaan masalah secara keseluruhan. Mengenai dengan penerimaan pesan (peserta didik) hendaknya perhatikan hal-hal atau perbedaan pada setiap anak yang akan menerima pesan seperti usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial-ekonomi, bakat, dan minat.
2)        Penyajian suatu penjelasan
Agar penjelasan yang diberikan dapat dipahami, dalam penyajianya perlu diperhatikan hal-hal berikut :
a)      Bahasa yang diucapkan harus jelas dan enak didengar.
b)      Gunakan intonasi sesuai dengan materi yang dijelasan.
c)      Gunakan bahasa indonesia yang baik dan benar, serta hindari kata-kata yang tidak perlu, seperti “eu”,”mm”,”ya ya ya dan lain-lain.
d)     Bila ada istilah khusus atau baru berilah anak didik defenisi yang tepat.
e)      Perhatikan apakah semua anak didik dapat menerima, memahami penjelasan serta penjelasan tersebut dapat membangkitkan motifasi belajr mereka.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan, seperti :
  1. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun di akhir pembelajaran.
  2. Penjelasan harus menarik perhatian anak didik sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar.
  3. Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan anak didik.
  4. Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan KD(kompetensi dasar) dan bermakna bagi anak didik.
  5. Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan anak didik.

4.      Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku peserta didik, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi peserta didik atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.
a. Tujuan Pemberian Penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh positif yang berupa sikap positif terhadap proses belajar peserta didik dan bertujuan sebagai berikut:
1)      Meningkatkan perhatian siswa dalam belajar
2)      Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
3)      Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku peserta didik yang produktif.

b. Jenis-jenis penguatan
1)      Penguatan verbal
Biasanya diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, pengahargaan, persetujuan, dan sebagainya, misalnya: bagus; bagus sekali; betul; pintar; ya, seratus buat kamu.
2)      Penguatan non verbal
a)      Penguatan gerak isyarat : anggukan, gelengan, senyuman, kerut kening, acungan jempol, dsb.
b)      Penguatan pendekatan: guru berdiri disamping siswa
c)      Penguatan dengan sentuhan (contact) : berjabat tangan, menepuk-nepuk pundak siswa
d)     Penguatan dengan kegiatan menyenangkan
e)      Penguatan berupa symbol-simbol: seperti kartu bergambar, lencana, ataupun komentar tertulis
f)       Tidak langsung menyalahkan siswa

c. Prinsip penggunaan penguatan
1)      Kehangatan dan keantusiasan
Sikap dan gaya guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan, akan menunjukan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan.
2)      Kebermaknaan
Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan peserta didik sehingga ia mengerti dan yakin bahwa patut diberi penguatan.
3)      Menghindari penggunaan respon yang negative
Komentar, bercanda, menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan mematahkan semangat peserta didik untuk mengembangkan dirinya.

5.      Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar mengajar murid senantiasa menunjukan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
a. Tujuan dan manfaat
1)      Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relavan
2)      Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru
3)      Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik
4)      Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya
Variasi dalam kegiatan belajar-mengajar dapat dokelompokan menjadi 3 bagian, yaitu:
a.  Variasi dalam gaya mengajar
1)      Pengunaan variasi suara.
Variasi suara adalah perubahan nada suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi lemah, atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
2)      Pemusatan perhatian.
Memusatkan perhatian pada hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan guru dengan perkataan seperti: ”perhatikan baik-baik” dan lain-lain.
3)      Kesenyapan.
Adanya kesenyapan tiba-tiba yang disengaja guru ketika menerangkan sesuatu merupakan suatu alat yang baik untuk menarik perhatian.
4)      Mengadakan kontak pandang.
Apabila guru berbicara dengan siswa sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata siswa untuk menunjukkan interaksi dengan mereka.
5)      Gerakan badan dan mimic.
b. Variasi dalam ekspresi wajah guru,
gerakan kepala, gerakan badan adalah aspek yang amat penting dalam berkomunikasi. Hal ini tidak saja menarik perhatian siswa tetapi lebih dari itu, yaitu untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan.
c. Pergantian posisi guru dalam kelas.
Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa. Pergantian posisi disini dimaksudkan ke arah depan atau belakang, ke kiri atau ke kanan.

b. Variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran
Media dan alat pengajaran dapat digolongkan menjadi 3, yaitu:
1)      Alat/bahan yang dapat dilihat.
Contohnya: grafik, gambar di papan tulis, peta, poster, dan sebagainya.
2)      Alat/bahan yang dapat didengar.
Contohnya: rekaman suara, suara musik, dan sebagainya.
3)      Alat/bahan yang dapat diraba atau dimanipulasi.
Contohnya: patung, alat mainan, sempoa, dan sebagainya

c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Pola interaksi dapat berbentuk klasikal, kelompok dan perorangan sesuai dengan keperluan, sedangkan variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihab atau demonstrasi.
Dalam mengadakan variasi, guru perlu mengingat prinsip-prinsip penggunaannya yang meliputi :
  1. Kesesuaian
  2. Kewajaran
  3. Kelancaran dan kesinambungan
  4. Serta perencanaan bagi alat/bahan yang memerlukan penataan khsusus.

6.      Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Peserta didik berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dibawah pengawasan guru atau temannya untuk berbagai informasi, pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan.
Ciri-ciri diskusi kelompok kecil:
  1. Melibatkan 3-9 orang peserta.
  2. Berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal.
  3. Mempunyai tujuan yang dicapai dengan kerja sama antar anggota lainnya.
  4. Berlangsung menurut proses yang sistematis.
Komponen keterampilan yang perlu dimiliki oleh pimpinan diskusi kelompok kecil adalah sebagai berikut:

a. Memusatkan perhatian
1)      Merumuskan tujuan diskusi secara jelas.
2)      Merumuskan kembali masalah.
3)      Menandai hal-hal yang tidak relevan,jika terjadi penyimpangan.
4)      Merangkum hasil pembicaraan pada saat-saat tertentu.

b. Memperjelas masalah atau urunan pendapat
1)      Menguraikan kembali atau merangkum urunan pendapat peserta.
2)      Mengajukan pertanyaan pada anggota kelompok tentang pendapat orang lain.
3)      Menguraikan gagasan anggota kelompok dengan tambahan informasi.

c. Menganalisis pandangan siswa
1)      Meneliti apakah alasan yang dikemukakan punya dasar yang kuat.
2)      Memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.

d. Meningkatkan urunan siswa
1)      Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang mereka untuk berfikir.
2)      Memberi contoh pada saat yang tepat.
3)      Menghangatkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang mengandung perbedaan pendapat.
4)      Memberi waktu untuk berfikir.
5)      Mendengarkan dengan penuh perhatian.

e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
1)      Memancing pendapat peserta yang enggan berpartisipasi.
2)      Memberikan kesempatan pertama kepada siswa yang enggan berpartisipasi.
3)      Mencegah secara kebijaksanaan peserta yang suka memonopoli pembicaraan.
4)      Mendorong mahasiswa untuk mengomentari pendapat temannya.
5)      Meminta pendapat siswa jika terjadi jalan buntu.

f. Menutup diskusi dengan cara:
1)      Merangkum hasil diskusi.
2)      Memberikan gambaran tindak lanjut.
3)      Mengajak para siswa menilai proses diskusi yang telah berlangsung.
Diskusi kelompok kecil memungkinkan siswa:
  1. Berbagi informasi dan pengalaman dalam memecahkan masalah.
  2. Menimgkatkan pemahaman terhadap masalah penting.
  3. Meningkatkan keterlibatan dalan perencanaan dan pengambilan keputusan.
  4. Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi.
  5. Membina kerja sama yang sehat, kelompok yang kohesif, dan bertanggung jawab

7.      Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadi proses belajar mengajar yang serasi dan efektif.
a. Tujuan guru menguasai keterampilan mengelola kelas adalah :
1)      Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu maupun klasikal dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung.
2)      Menyadari kebutuhan siswa.
3)      Memberikan respon yang efektif terhadap prilaku siswa.

b. Komponen keterampilan:
1)      Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal,dapat dilakukan dengan cara :
a)       Menunjukan sikap yang tanggap seperti memdekati,memberi reaksi terhadap gangguan dalam kelas, dll.
b)      Membagi perhatian secara visual dan verbal.
c)       Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut  tanggung jawab siswa.
d)      Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas.
2)      Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
3)      Keterampilan yang berkaitan dengan respon guru terhadap respon negatif siswa yang berkelanjutan.

c. Enam (6) prinsip penggunaan keterampilan mengelola kelas, yaitu:
1)      Kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar.
2)      Menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang siswa untuk berfikir.
3)      Mmenggunakan berbagai variasi untuk menghilangkan kejenuhan.
4)      Keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas.
5)      Penekanan pada hal-hal yang bersifat positif.
6)      Penanaman disiplin diri sendiri.

d. Hal-hal yang harus  dihindari guru dalam mengelola kelas, yaitu:
1)      Campur tangan yang berlebihan.
2)      Penghentian suatu pembicaraan/kegiatan karena ketidaksiapan guru.
3)      Ketidakpastian memulai dan mengakhiri pelajaran.
4)      Penyimpangan,terutama yang berkaitan dengan disiplin diri.
5)      Bertele-tele.
6)      Pengulangan penjelasan yang tidak diperlukan.

8.      Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Didalam kelas,seorang guru mungkin menghadapi banyak kelompok kecil serta banyak siswa yang masing-masing diberi kesempatan belajar secara kelompok maupun perorangan.
a. Peranan guru dalam penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah:
1)        Organisator kegiatan belajar mengajar
2)        Sumber informasi bagi siswa
3)        Pendorong bagi siswa untuk belajar
4)        Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa
5)        Pendiagnosa dan pemberi bantuan kepada siswa sesuai dengan kebutuhannya.

b. Komponen keterampilan, yaitu:
1)      Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi,dengan cara :
a)        Kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa
b)        Mendengarkan secara simpatik gagasan yang dikemukakan siswa
c)        Membangun hubungan saling mempercayai
d)       Menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan
e)        Mengendalikan situasi agar siswa merasa aman.

2)   Keterampilan mengorganisasikan,dengan cara :
a)        Memberi orientasi umum
b)        Memvariasikan kegiatan
c)        Mengkoordinasikan kegiatan
d)       Membagi-bagi perhatian dalam berbagai tugas
e)        Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi berupa laporan atau kesepakatan.

3)   Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar.
a)        Memberi penguatan yang sesuai
b)        Mengembangkan supervisi proses awal yang mencakup sikap tanggap terhadap keadaan siswa
c)        Mengadakan supervisi proses lanjutan yang berupa bantuan yang diberikan secara selektif
d)       Mengadakan supervise pemanduan,dengan cara mendekati setiap kelompok/perorangan agar mereka siap untukmengikuti kegiatan akhir.

4)   Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut :
a)        Menetapkan tujuan belajar
b)        Merencanakan kegiatan belajar
c)        Berperan sebagai penasehat
d)       Membantu siswa menilai kemajuan sendiri.

No comments: