Istilah guru pada saat ini mengalami
penciutan makna. Guru adalah orang yang mengajar di sekolah. Orang yang
bertindak seperti guru seandainya di berada di suatu lembaga kursus atau
pelatihan tidak disebut guru, tetapi tutor atau pelatih. Padahal mereka itu
tetap saja bertindak seperti guru. Mengajarkan hal-hal baru pada peserta didik.
Terlepas dari penciutan makna, peran
guru dari dulu sampai sekarang tetap sangat diperlukan. Dialah yang membantu
manusia untuk menemukan siapa dirinya, ke mana manusia akan pergi dan apa yang
harus manusia lakukan di dunia. Manusia adalah makhluk lemah, yang dalam
perkembangannya memerlukan bantuan orang lain, sejak lahir sampai meninggal.
Orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan harapan guru dapat mendidiknya
menjadi manusia yang dapat berkembang optimal.
Minat, bakat, kemampuan, dan
potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara
optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta
didik secara individu, karena antara satu perserta didik dengan yang lain
memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Mungkin kita masih ingat ketika masih
duduk di kelas I SD, gurulah yang pertama kali membantu memegang pensil untuk
menulis, ia memegang satu persatu tangan siswanya dan membantu menulis secara
benar. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar,
dan membiasakan mereka untuk bertanggungjawab terhadap setiap perbuatannya.
Guru juga bertindak bagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air
kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana.
Guru-lah yang menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan
temannya, menjadi perawat, dan lain-lain yang sangat menuntut kesabaran,
kreatifitas dan profesionalisme.
Memahami uraian di atas, betapa
besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik.
Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian
anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta
mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara dan bangsa.
Guru juga harus berpacu dalam
pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik,
agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus
kreatif, professional dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai :
1. Orang tua, yang penuh kasih
saying pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu dan
mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.
3. Fasilitator, yang selalu siap
memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan
bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran
kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan
saran pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani
dan bertanggung jawab.
6. Membiasakan peserta didik untuk
saling berhubungan dengan orang lain secara wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisasi
yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Menjadi pembantu ketika
diperlukan.
Demikian beberapa peran yang harus
dijalani seorang guru dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh para
siswanya.
WF Connell (1972) membedakan tujuh
peran seorang guru yaitu
(1) pendidik (nurturer),
(2) model,
(3) pengajar dan pembimbing,
(4) pelajar (learner),
(5) komunikator terhadap masyarakat
setempat,
(6) pekerja administrasi, serta
(7) kesetiaan terhadap lembaga.
Peran guru sebagai pendidik
(nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi
bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan
(supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar
anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam
keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih
lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang
dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan
keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan
jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu
tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai
penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak
agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Peran guru sebagai model atau contoh
bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model
baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau
tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh
masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa
Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi
oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan
pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan
perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku
pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang
berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum
harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang
sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya,
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan
pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru sebagai pelajar (leamer).
Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar
supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada
pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga
tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
Peran guru sebagai setiawan dalam
lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang
memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara
langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan
masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di
segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada
bidang-bidang dikuasainya.
Guru sebagai administrator. Seorang
guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai
administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang
guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam
kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab
administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil
belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Secara formalnya,
1. Peran Guru dalam Memahami Siswa
sebagai Dasar Pembelajaran
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis mengikuti tahap
tertentu.
Proses perkembangan siswa mencakup:
§ Proses biologis
§ Proses kognitif
§ Proses social
Perkembangan kognitif mengacu pada perubahan struktur skema
Kemampuan klasifikasi anak mulai berkembang pada periode operasi konkret
Ciri utama periode operasi formal adalah anak mampu memahami makna suatu hal
Jika ditinjau dari segi perkembangan siswa sekolah dasar, maka isi mata
pelajaran sebenarnya adalah sesuatu yang terpadu dengan kehidupan anak
Konsep pendekatan perkembangan dari dimensi umur menghendaki guru melakukan:
§ Mempersiapkan program yang sesuai
§ Menciptakan lingkungan guru yang kondusif
§ Merencanakan pengalaman belajar yang terpadu
Keragaman individual siswa tetap menjadi acuan bagi guru dalam melaksanakan
proses pembejaran. Satu hal yang dapat dilakukan untuk mengakomodasi hal
tersebut adalah mencoba memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan
Pola dasar interaksi guru-siswa di sekolah terwujud dalam bentuk guru merespon
kebutuhan siswa dalam suasana hangat dan menumbuhkan kesan akan pemahaman orang
dewasa terhadap anak
Evaluasi terhadap hasil belajar anak dilakukan dengan cara tes dan pengamatan.
2. Peran Guru dalam Pengembangan
Rancangan Pembelajaran
Pendidikan adalah suatu yang telah diperoleh. Pengertian tersebut adalah dari
cara pandang guru yang memandang pendidikan sebagai kata benda
Inkuiri reflektif dalam proses pembelajaran mengandung makna di dalam proses
pembelajaran telah terjadi proses sintetis dan analitis
Proses pembelajaran memiliki fungsi yang berkaitan dengan perkembangan peserta
didik yaitu:
§ Pengembangan
§ Peragaman
§ Integrasi
Analisis kurikulum bagi seorang guru berarti merumuskan rencana dan bahan ajar
yang lebih bermakna sesuai dengan perkembangan pserta didik
Siswa akan menunjukkan respon positif terhadap tugas-tugas yang diberikan guru
selama proses pembelajaran. Rumus tujuan pembelajaran itu merupakan contoh
tujuan efektif
Dalam proses pembelajaran, Bu Tuti memberikan ilustrasi tentang pentingnya
materi yang akan dipelajari untuk kehidupan siswa dimasa yang akan datang.
Kegiatan itu dilakukan Bu Tuti pada waktu membuka proses pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya tidak mengajukan pertanyaan kepada kelas
dan menunggu siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab
Guru melakukan evaluasi formatif dengan cara memberikan latihan diantara
penjelasan materi pada setiap pertemuan pembelajaran.
3. Peran Guru dalam Pelaksanaan
Pembelajaran dan Manajemen Kelas
Seorang guru dapat dikatakan telah melakukan pembelajaran jika terjadi
perubahan perilaku pada peserta didik akibat dari kegiatan tersebut
Dampak instruksional dan dampak pengiring bersifat terpadu
Manajemen kelas merupakan proses penanaman disiplin pada siswa. Cara pandang
itu adalah pendekatan otoriter
Jika guru memberikan kebebasan pada peserta didik untuk belajar dan melakukan
semua yang mereka kehendaki maka guru tersebut menggunakan pendekatan permisif
Pendekatan optimal adalah proses pengembangan lingkungan belajar yang
dikehendaki dan menekankan sekecil mungkin pembatasan-pembatasan
Keuntungan yang diperoleh guru dan peserta didik, jika belajar dalam kelompok
kecil maka:
i. Pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik
ii. Peserta didik merasa bertanggungjawab
iii. Guru dapat memantau pekerjaan peserta didik secara langsung
4. Peran Guru dalam Evaluasi
pembelajaran
Proses evaluasi mendapat informasi, mempertimbangkan dan dan membuat keputusan
Jika guru ingin mendapatkan informasi tentang pendapat dan perasaan siswa
tentang proses pembelajaran yang sedang berlangsung, maka teknik yang tepat
adalah inkuiri
Teknik pengumpulan informasi yang paling obyektif adalah testing
Untuk mengumpulkan informasi tentang pendapat, perasaan, dan minat siswa,
instrument yang paling tepat digunakan adalah koesioner
Untuk memperoleh informasi tentang cara siswa mengemukakan suatu pendapat dan
cara menganalisisnya, guru sebaiknya membuat ragam soal uraian
Tujuan evaluasi formatif adalah menilai keberhasilan proses mengajar.
4. PERANAN GURU DALAM PENDIDIKAN
TUGAS GURU
Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok
yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic
mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama
berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan
etika.
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum
diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi
tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas
manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan
pengertian tentang diri sendiri.
Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa
manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti
yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua
harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan
melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir
atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif
dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya
sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.
Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik,
turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan
negara lewat UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan
organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas
saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan
dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan
nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan
datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang
kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya
mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat
anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak
didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia
berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga
melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat
melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran,
atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.
Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam
rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas
kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan
hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya,
oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan
itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya
dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus
dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon
tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan yang
baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk
melaksanakan tugas profesional.
Selanjutnya, pembinaan prajabatan
melalui pendidikan guru ini harus mampu mendidik mahasiswa calon guru atau
calon tenaga kependidikan untuk menjadi manusia, person (pribadi) dan tidak
hanya menjadi teachers (pengajar) atau (pendidik) educator, dan
orang ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian menjadi makhluk yang
berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk
hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya, tetapi kita dapat
mengatakan bahwa makhluk manusia adalah berbudaya, artinya di sini jelas kalau
yang pertama yaitu training menyiapkan orang itu menjadi guru, membuatnya
menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya menjadi manusia yang
berbudaya, sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendininya orang menjadi
berbudaya, sebab seorang yang dididik dengan baik tidak dengan sendininya
menjadi manusia yang berbudaya.
Memang lebih mudah membuat manusia
itu berbudaya kalau ia terdidik atau terpelajar, akan tetapi orang yang
terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya berbudaya. Maka mengingat
pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di satu pihak mempersiapkan
mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak membuat mereka menjadi manusia
dalam artian manusia berbudaya, kiranya perlu dikemukakan mengapa guru itu
harus menjadi rnanusia berbudaya. Oleh kanena pendidikan merupakan bagian dari
kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi melaksanakan hakikat sebagai bagian
dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya juga berbudaya. Untuk menyiapkan
guru yang juga manusia berbudaya ini tergantung 3 elemen pokok yaitu :
1. Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan
(initial training) harus mampu menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu
yang akan diajarkannya di sekolah melalui jalur pendidikan, paling tidak
pendidikan formal. Tidak mungkin seseorang dapat dianggap sebagai guru atau
tenaga kependidikan yang baik di satu bidang pengetahuan kalau dia tidak
menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini bukan berarti bahwa seseorang yang
menguasai ilmu pengetahuan dengan baik dapat menjadi guru yang baik, oleh
karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni. Tetapi sebaliknya biar
bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art of teaching),
selama ia tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan pantas
dianggap menjadi guru.
2. Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin
keilmuan yang harus dapat diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan
kebudayaan yang mendasar untuk aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan
mereka untuk mampu menguasai pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk
dapat menguasai satu dasar kebudayaan yang kuat. Jadi bagi guru-guru juga perlu
diberikan dasar pendidikan umum.
3. Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya
seharusnya merupakan satu pengantar intelektual dan praktis kearah karir
pendidikan yang dalam dirinya (secara ideal kita harus mampu melaksanakannya)
meliputi pemagangan. Mengapa perlu pemagangan, karena mengajar seperti juga
pekerjaan dokter adalah seni. Sehingga ada istilah yang populer di dalam
masyarakat tentang dokter yang bertangan dingin dan dokter yang bertangan
panas, padahal ilmu yang diberikan sama. Oleh karena mengajar dan pekerjaan
dokter merupakan art (kiat), maka diperlukan pemagangan. Karena art
tidak dapat diajarkan adalah teknik mengajar, teknik untuk kedokteran. Segala
sesuatu yang kita anggap kiat, begitu dapat diajarkan diakalau menjadi teknik.
Akan tetapi kalau kiat ini tidak dapat diajarkan bukan berarti tidak dapat
dipelajari. Untuk ini orang harus aktif mempelajarinya dan mempelajari kiat ini
harus melalui pemagangan dengan jalan memperhatikan orang itu berhasil dan
mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa yang satu lebih berhasil, mengapa
yang lain kurang berhasil.
PERAN GURU
WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer),
(2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5)
komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7)
kesetiaan terhadap lembaga.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan
dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas
pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan
mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah
dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas
dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab
kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan
dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal
dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan
pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus
mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang
dengan norma-norma yang ada.
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru
mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku
pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan
norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai
dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik
harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru
harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi
sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang
berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat,
hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial
anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki
pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan
negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam
masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru sebagai pelajar (leamer).
Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar
supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada
pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga
tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan
dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan
kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi
maupun pertemuan insidental.
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru
diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang
dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan
pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan
pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi
teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan
secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana
mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga
bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
DELAPAN KOMPONEN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
DELAPAN KOMPONEN KETERAMPILAN DASAR
MENGAJAR
Pendahuluan
Seorang guru professional telah mengikuti beberapa pelatihan yang berkaitan
dengan keterampilan dasar mengajar. Dalam keterampilan dasar mengajar tersebut
ada 8 keterampilan yang dapat digunakan guru selama proses belajar mengajar
yaitu; keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan
mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup
pelajaran, ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan
mengelola kelas, ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin
menjadi seorang guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai
sumbstansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah
merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses belajar
mengajar. Sari dari keterampilan dasar mengajar ini diambil dari berbagai
sumber dimana bahan ini digunakan untuk para mahasiswa yang melakukan praktek
mengajar di sekolah sebelum dia bekerja sepenuhnya sebagai seorang guru.
Kalau ditilik dari sejarah perkembangan profesi seorang guru, tugas mengajar
sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua: karena tidak mampu lagi
memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap tertentu sesuai dengan
perkembangan zaman. Dengan perkembangan teknologi yang akhir-akhir semakin
pesat, seorang guru dituntut untuk lebih menambah kualitas ilmu dengan banyak
belajar dari berbagai sumber ilmu yang dimiliki oleh guru harus diajarkan
kepada siswa dengan keterampilan mengajar yang baik. Selain pengetahuan ilmu
yang harus ditambah, guru juga penting menguasai beberapa keterampilan
mengajar, karena betapapun tingginya ilmnu yang dimiliki oleh seorang guru itu,
jika tidak menguasai keterampilan mengajar, maka akan sulit bagi seorang siswa
menyerap ilmu yang diberikan oleh guru tersebut.
Pada kenyataannya dewasa ini banyak para guru yang mengajar dengan pola tradisional
dan mengabaikan keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar ini.
Pembahasan
Pada kenyataannya dewasa ini banyak para guru yang mengajar dengan pola
tradisional dan mengabaikan keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar ini.
Padahal 8 (delapan) keterampilan dasar bagi seorang guru sangatlah penting,
karena menyangkut efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran, berikut ini
penulis menyajikan 8 (delapan) keterampilan dasar bagi seorang guru dalam
pengelolaan kelas di kegiatan belajar dan mengajar.
1. Ketrampilan Bertanya
Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan informasi
tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan dengan proses pembelajaran
maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, atara siswa ini menunjukan
adanya ineraksi dikelas yang di dinamis dan multi arah. Kegiatan bertanya akan
lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti
atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Tujuan guru mengajukan pertanyaan
anatra lain adalah :
1) mengembangkan pendekatan CBSA
2) menimbulkan rasa keingintahuan
3) merangsang fungsi berpikir
4) mengembangkan keterampilan berpikir
5) memfokuskan perhatian siswa
6) menstruktur tugas yang akan diberikan
7) mendiagnosis kesulitan belajar siswa
8) menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya
9) merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan
dan terapan siswa sebagai subjek didik.
Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu guru pemula
maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru
maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari materi serta juga dapat
menggugah perhatian siswa atau peserta didik.
a. Bertanya Dasar dan Bertanya Lanjut
Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan informasi
tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan dengan proses pembelajaran
maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, atara siswa ini menunjukan
adanya ineraksi dikelas yang di dinamis dan multi arah. Keterampilan bertanya
ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu guru pemula maupun yang sudah
profesional karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan
mendapatkan umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa
atau peserta didik.
b. Teknik Bertanya
Yang dimaksud dengan teknik bertanya adalah sejumlah cara yang dapat digunakan
oleh kita sebagai guru untuk mengajukan pertanyaan kepada peserta didiknya
dengan memperhatikan karakteristik dan latar belakang peserta didik. Dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, peserta didik akan terangsang
untuk berimajinasi sehingga dapat mengembangkan gagasan-gagasan barunya.
Pertanyaan yang baik memiliki kriteria-kriteria khusus seperti: jelas,
informasi yang lengkap, terfokus pada satu masalah, berikan waktu yang cukup,
sebarkan terlebih dahulu pertanyaan kepada seluruh siswa, berikan respon yang
menyenangkan sesegera mungkin dan yang terakhir tuntunlah jawaban siswa sampai
ia menemukan jawaban sendiri.
c. Pertanyaan
Ada 4 jenis pertanyaan yang dapat kita gunakan dalam melaksanakan tugas
pembelajaran, antara lain :
(1) pertanyaan permintaan
(2) pertanyaan mengarahkan atau menuntun dan
(3) pertanyaan yang bersifat menggali serta
(4) pertanyaan retoris.
Selain itu ada juga pertanyaan inventori yang terdiri dari 3 jenis yaitu (1)
pertanyaan yang mengungkap perasaan dan pikiran (2) pertanyaan yang menggiring
siswa untuk mengidentifikasi pola-pola perasaan pikiran dan perbuatan dan (3) pertanyaan
yang menggiring peserta didik untuk mengidentifikasi akibat-akibat dari
perasaan, pikiran dan perbuatan. Pertanyaan-pertanyaan berguna untuk memacu
gagasan peserta didik misalnya dalam hal memancing gagasan/ide peserta didik
dalam memecahkan masalah.
Sedangkan pertanyaan menurut taksonomi Bloom, yaitu: pertanyaan pengetahuan
(recall question atau knowlagde question), pemahaman (conprehention question),
pertanyaan penerapan (application question), pertanyaan sintetis ( synthesis
question) dan pertanyaan evaluasi (evaluation question).
Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu
menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika
menerima jawaban siswa. Dan harus menghindari kebiasaan seperti : menjawab
pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri,
mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak, menentukan siswa yang harus
menjawab sebelum bertanya dan mengajukan pertanyaan ganda. Dalam proses belajar
mengajar setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang
menuntut respons siswa sehingga dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, di masukkan dalam golongan pertanyaan. Ketrampilan
bertanya di bedakan atas ketrampilan bertanya dasar dan ketrampilan bertanya
lanjut.
Ketrampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu
diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang di
maksud adalah : Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singakat, Pemberian
acuan, pemusatan, Pemindah giliran, Penyebaran, Pemberian waktu berpikir dan
pemberian tuntunan.
Sedangkan ketrampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan dari ketrampilan
bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir
siswa, memperbesar pertisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif
sendiri. Ketrampilan bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan
komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar
masih dipakai dalam penerapan ketrampilan bertanya lanjut. Adapun
komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah : Pengubahan susunan tingkat
kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan
pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi.
2. Ketrampilan Memberikan Penguatan
Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Teknik pemberian penguatan dalam
kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal. Penguatan
verbal merupakan penghargaan yang dinyatakan dengan lisan, sedangkan penguatan
nonverbal dinyatakan dengan mimik, gerakan tubuh, pemberian sesuatu, dan
lain-lainnya. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan
penguatan negatif. Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan
memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan
perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak
menyenangkan.
Manfaat penguatan bagi siswa untuk meningkatnya perhatian dalam belajar,
membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri, dan
memelihara iklim belajar yang kondusif.
Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Memberi Penguatan
Komponen-komponen itu adalah : Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan
kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Dan penguatan
non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan, penguatan
dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan
kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan
tak penuh. Penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga hal,
yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan
respons yang negatif.
Penggunaan penguatan dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas
dimaksudkan untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif sehingga siswa dapat
belajar secara optimal. Penguatan dengan maksud seperti itu terdiri dari
penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif berupa pemberian
ganjaran untuk merspons perilaku siswa yang sesuai dengan harapan guru sehingga
ia tetap merasa senang mengikuti pelajaran di kelas. Penguatan negatif berupa
penghentian keadaan yang kurang menyenangkan sehingga siswa merasa terbebas
dari keadaan seperti itu.
Agar memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan
dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik pelaksanaannya. Di
samping itu juga perlu diingat bahwa penguatan harus diberikan dengan hangat
dan penuh semangat, harus bermakna bagi siswa, dan jangan menggunakan kata-kata
yang tidak pada tempatnya.
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal
ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan
balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan
atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang
dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap
positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk meningkatkan
perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi
belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang
produktif. Ketrampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang
perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh mahasiswa calon guru agar dapat
memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis.
3. Ketrampilan Mengadakan Variasi
Hakikat dan Manfaat Variasi Dalam Kegiatan Pembelajaran
Variasi mengandung makna perbedaan. Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian
variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara
spontan, yang dimaksudkan untuk memacu dan mengikat perhatian siswa selama
pelajaran berlangsung. Tujuan utama guru mengadakan variasi dalam kegiatan
pembelajaran untuk mengurangi kebosanan siswa sehingga perhatian mereka
terpusat pada pelajaran.
Komponen dan Prinip-prinsip Keterampilan Mengadakan Variasi
Keterampilan mengadakan variasi terdiri dari tiga kelompok pokok, yaitu variasi
gaya mengajar, variasi pengalihan penggunaan indra, dan variasi pola interaksi.
Variasi gaya mengajar meliputi suara jeda, pemusatan, gerak dan kontak pandang.
Variasi pengalihan penggunaan indra dapat dilakukan dengan pemanipulasian indra
pendengar, penglihatan, pencium, peraba dan perasa. Komponen variasi ini erat
kaitannya dengan variasi penggunaan media atau alat bantu pembelajaran. Variasi
pola interaksi mencakup pola hubungan guru dan siswa.
Penerapan keterampilan mengadakan variasi harus dilandasi dengan maksud
tertentu, relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, sesuai dengan materi dan
latar belakang sosial budaya serta kemampuan siswa, berlangsung secara
berkesinambungan, serta dilakukan secara wajar dan terencana
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi
belajar mengajar yang di tujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga,
dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta
penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai
proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga
kelompok atau komponen, yaitu :
a. Variasi dalam cara mengajar guru, meliputi : penggunaan variasi suara
(teacher voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan
guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and
movement), gerakan badan mimik: variasi dalam ekspresi wajah guru, dan
pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru ( teachers movement).
b. Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat
pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam
tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi
penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut : variasi alat atau bahan
yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengart
(auditif aids), variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan
variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual
aids).
c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid
dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya. Penggunaan
variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan,
serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan.
4. Ketrampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan ketrampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara
lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan
yang satu dengan yang lainnya. Secara garis besar komponen-komponen ketrampilan
menjelaskan terbagi dua, yaitu : Merencanakan, hal ini mencakup penganalisaan
masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara
unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi
yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Dan penyajian suatu
penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : kejelasan,
penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.
Pengertian menjelaskan dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran mengacu
kepada perbuatan mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang
terencana dan sistematis sehingga dalam penyajiannya siswa dengan mudah dapat
memahaminya.
Pentingnya penguasaan keterampilan menjelaskan bagi guru adalah dengan penguasaan
ini memungkinkan guru dapat meningkatkan efektivitas penggunaan waktu dan
penyajian penjelasannya, mengestimasi tingkat pemahaman siswa, membantu siswa
memperluas cakrawala pengetahuannya, serta mengatasi kelangkaan buku sebagai
sarana dan sumber belajar.
Kegiatan menjelaskan dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa
memahami berbagai konsep, hukum, prosedur, dan sebagainya secara objektif,
membimbing siswa memahami pertanyaan, meningkatkan keterlibatan siswa, memberi
siswa kesempatan untuk menghayati proses penalaran serta memperoleh balikan
tentang pemahaman siswa.
Komponen-komponen dan Prinsip-Prinsip Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan merencanakan penjelasan mencakup (a) isi pesan yang dipilih dan
disusun secara sistematis disertai dengan contoh-contoh dan (b) hal-hal yang
berkaitan dengan siswa. Keterampilan menyajikan penjelasan mencakup (a)
kejelasan, (b) penggunaan contoh dan ilustrasi yang mengikuti pola induktif dan
deduktif (c) pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting, serta (d)
balikan.
Penyajian penjelasan harus didasari prinsip-prinsip (a) adanya relevansi antara
penjelasan dengan tujuan pembelajaran, (b) sesuai dengan keperluan, (c)
mengingat latar belakang dan kemampuan siswa, (d) diberikan secara spontan atau
sesuai dengan rencana yang telah disiapkan, dan (e) isi penjelasan bermakna
bagi siswa
5. Ketrampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran
a. Membuka Pelajaran
Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan
jalannya seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada
metode mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum
mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan
pelajaran. Dalam tahap ini, yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah
menetapkan sikap dan minat yang benar di antara anggota kelas.
1. Hubungan dengan Kelas
Ada banyak hal yang masih memikat perhatian murid di luar ruangan kelasnya. Hal
tersebut dapat membuat murid tidak memerhatikan pelajaran yang disampaikan.
Untuk mengatasi hal ini, guru dapat menetapkan titik hubungan antara murid dan
pelajaran yang disampaikan. Pembukaan pelajaran harus sesuai dengan minat dan
kebutuhan murid. Guru juga harus dapat membangkitkan minat belajar sampai murid
dapat memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran. Pembukaan pelajaran dengan
metode yang terbaik pun tidak akan ada manfaatnya jika tidak mampu membawa
murid untuk memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran.
2. Menghubungkan Pelajaran
Saran-saran berikut ini merupakan cara-cara yang efektif untuk mengenalkan
sebuah pelajaran.
1) Hubungkan pelajaran dengan pelajaran-pelajaran sebelumnya
Setiap pelajaran baru yang diajarkan merupakan bagian dari kurikulum yang sudah
ditetapkan. Pelajaran itu harus dihubungkan dengan pelajaran-pelajaran lain
agar menarik perhatian murid dan menajamkan pengertian mereka terhadap
rangkaian pelajaran tersebut. Pelajaran dalam pertemuan sebelumnya harus
diulang untuk dihubungkan dengan pelajaran yang baru. Metode untuk
menghubungkan pelajaran yang sekarang dengan pelajaran sebelumnya harus
divariasikan. Seorang guru tidak akan kehilangan waktu mengajarnya bila
mengulang pelajaran sebelumnya. Jika seorang guru memunyai waktu 35 menit untuk
mengajar, gunakan waktu lima menit pertama untuk menetapkan titik hubungan.
2) Umumkan pokok pelajaran secara wajar tidak perlu mengumumkan pokok pelajaran
secara resmi. Yang penting adalah bagaimana kita dapat menyajikannya dengan
lebih menarik, tetapi penuh dengan keterangan. Penyampaian pokok pelajaran
harus menarik minat murid seperti halnya penyampaian pokok berita dalam sebuah
surat kabar.
3) Nyatakan sasaran dan tujuan pelajaran banyak pendapat mengenai penyampaian
sasaran dan tujuan pelajaran kepada murid. Ada yang berpendapat, sebaiknya hal
tersebut disampaikan di akhir pelajaran. Ada juga yang berpendapat untuk
menyampaikannya di awal pelajaran. Tidak semua pelajaran harus dilakukan dengan
cara yang sama. Jika pelajaran tersebut, misalnya mengenai larangan minuman
keras, penginjilan, atau pelajaran khusus tentang perayaan hari-hari tertentu,
lebih baik sasaran dan tujuan disampaikan di awal pelajaran.
4) Garis besar harus jelas menyampaikan pokok pikiran atau garis besar
pelajaran untuk menarik perhatian sangatlah penting. Penyampaian ini seperti
halnya penyampaian tajuk rencana dalam sebuah surat kabar yang dapat menarik
minat para pembaca untuk melihat lebih lanjut tulisan-tulisan dalam surat kabar
tersebut. Garis besar pelajaran bisa disampaikan dengan lengkap atau hanya
ringkasannya saja.
3. Menguraikan Pelajaran
Setelah memperkenalkan pelajaran, guru harus mengajarkan pelajaran sesuai
dengan rencana yang telah disiapkan. Mutu persiapan dapat terlihat pada waktu
pengajaran itu disampaikan. Satu hal yang perlu diingat, jika tidak ada murid
yang belajar dari pengajaran tersebut, itu berarti guru belum mengajarkan
pelajaran itu. Evaluasi yang terbaik bukanlah apa yang dikatakan guru, tetapi
apa yang dipelajari oleh murid.
1) Merangsang Pikiran
Mengajukan pertanyaan merupakan metode yang efektif untuk merangsang pikiran
murid. Pancing murid untuk memikirkan sedalam mungkin setiap uraian yang
disampaikan oleh guru. Pengujian murid secara teratur bisa menjaga perhatian
murid untuk tetap tajam sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana murid
mendapat manfaat dari pelajaran itu. Satu cara untuk menuntun pikiran adalah
dengan menerapkan pola pemikiran yang deduktif. Pola ini dimulai dengan guru
menyebutkan satu prinsip atau pernyataan umum yang diikuti sejumlah lukisan
atau ilustrasi. Kemudian libatkan murid dengan meminta mereka mencari
contoh-contoh selanjutnya dari kehidupan mereka sendiri.
2) Doronglah Pengungkapan
Selain dirangsang untuk berpikir, murid juga perlu didorong untuk mengungkapkan
pikirannya. Doronglah murid dengan menolong mereka mengemukakan penafsiran dan
pengertiannya sendiri mengenai pelajaran itu. Cara yang terbaik untuk
melaksanakan hal ini ialah dengan metode pengajaran induktif. Mula-mula guru
mendapat bantuan murid untuk mengumpulkan fakta atau ilustrasi yang ada
hubungannya dengan pelajaran. Sebagai hasilnya, murid-murid akan dapat
menemukan hukum- hukum, prinsip-prinsip umum, atau tujuan pelajaran itu
sendiri. Pengetahuan atau pengalaman murid-murid dapat dipakai untuk mencapai
prinsip ini.
3) Menerapkan Kebenaran
Guru perlu membimbing murid-muridnya dalam keadaan khusus di mana murid harus
mempraktikkan prinsip-prinsip iman Kristen mereka. Hal ini bisa membawa
pertumbuhan rohani yang baik bagi murid. Guru yang terus-menerus
menitikberatkan penerapan maupun pengetahuan yang diperoleh murid dapat membawa
murid-muridnya belajar dan menerapkan pelajaran itu pada pilihan, tingkah laku,
tindakan, sikap, dan keseluruhan hidup rohani mereka.
4. Menutup Pelajaran
Jangan akhiri pelajaran dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan
sebaik mungkin agar sesuai. Guru perlu merencanakan suatu penutup yang tidak
tergesa-gesa dan juga dengan doa sekitar tiga sampai lima menit.
1) Merangkum Pelajaran
Sebagai penutup, hendaknya guru memberikan ringkasan dari pelajaran yang sudah
disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah tidak lagi berupa diskusi kelas atau
penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi ringkasan dari hal-hal yang
disampaikan selama jam pelajaran dengan menekankan fakta dasar pelajaran
tersebut.
2) Menyampaikan Rencana Pelajaran Berikutnya
Waktu menutup pelajaran merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan rencana
pelajaran berikutnya. Guru dapat memberikan kilasan pelajaran untuk pertemuan
berikutnya. Diharapkan hal ini dapat merangsang keinginan belajar mereka.
Sebelum kelas dibubarkan, ungkapkanlah pelajaran yang akan disampaikan minggu
depan dan kemukakan rencana-rencana di mana murid dapat mengambil bagian dalam
pelajaran mendatang.
3) Bangkitkan minat
Guru tentu ingin murid-muridnya kembali di pertemuan berikutnya dengan penuh semangat.
Oleh karena itu, biarkan murid pulang ke rumah mereka dengan satu pertanyaan
atau pernyataan yang mengesankan, yang dapat membangkitkan minat dan rasa ingin
tahu mereka. Sama seperti seorang penulis yang mengakhiri sebuah bab dalam
cerita bersambung, yang membuat pembaca ingin segera tahu bab berikutnya.
Dengan cara yang sama, guru dapat mengakhiri pelajarannya dengan penutup yang
“berklimaks” sehingga seluruh kelas menantikan pelajaran berikutnya dengan
tidak sabar.
4) Memberikan tugas
Tugas-tugas harus direncanakan dengan saksama, bahkan sebelum pelajaran
dimulai. Perlu diingat pula sikap guru yang bersemangat dalam memberikan tugas
akan mempengaruhi minat dan semangat para anggota kelas. (Benson : 80-85)
Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau
kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk
menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada
apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang
positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan
belajar mengajar. Komponen ketrampilan membuka pelajaran meliputi: menarik
perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha,
dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari.
Komponen ketrampilan menutup pelajaran meliputi: meninjau kembali penguasaan
inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, dan
mengevaluasi.
6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok
orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau
informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok
merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau
memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk
berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian
diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan
berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
7. Ketrampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam
proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan ketrampilan mengelola kelas maka
perlu diperhatikan komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentip) berkaitan dengan
kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran, dan
bersifat represif ketrampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap
gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan
tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
8. Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar
antara 3 sampai 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan.
Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab
antara guru dan siswa dengan siswa.
Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan bentuk mengajar klasikal biasa
yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil
yang belajar secara kelompok dan beberapa orang siswa yang bekerja atau belajar
secara perorangan. Format mengajar ini ditandai oleh adanya hubungan
interpersonal yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan siswa, adanya
kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat, cara, dan
kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa dalam
merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk
memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran.
Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan
pembelajaran kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik
(materi), kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan perlu dikuasai guru karena
penerapannya dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda. Selain
itu, pembelajaran kelompok kecil dan perorangan memberi kemungkinan terjadinya
hubungan interpersonal yang sehat antara guru dengan siswa, terjadinya proses
saling belajar antara siswa yang satu dengan lainnya, memudahkan guru dalam
memantau pemerolehan belajar siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
dapat menumbuhkembangkan semangat saling membantu, serta memungkinkan guru
dapat mencurahkan perhatiannya pada cara belajar siswa tertentu sehingga dapat
menemukan cara pendekatan belajar yang sesuai bagi siswa tersebut.
Komponen ketrampilan yang digunakan adalah:
1. Ketrampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, antara lain :
a. menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa,
b. mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa,
c. merespon secara positif pendapat siswa,
d. membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai,
e. menunjukkan kesiapan untuk membantu,
f. menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh
pengertian,serta berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman,
terbantu, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.
2. Ketrampilan mengorganisasi, ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar,
antara lain ;
a. memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, dan cara mengerjakannya,
b. memvariasikan kegiatan untuk mencegah timbulnya kebosanan siswa dalam
belajar,
c. membentuk kelompok yang tepat,
d. mengkoordinasikan kegiatan,
e. membagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa, serta
mengakhiri kegiatan dengan kulminasi.
3. Ketrampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
dilakukan melalui antara lain ;
a. memberi penguatan secara tepat,
b. melaksanakan supervisi proses awal,
c. melaksanakan supervisi proses lanjut, serta
d. melaksanakan supervisi pemaduan.
4. Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang
ditampilkan dengan cara:
a. membantu siswa menetapkan tujuan belajar,
b. merancang kegiatan belajar,
c. bertindak sebagai penasihat siswa,
d. sertamembantu siswa menilai kemajuan belajarnya sendiri
PENUTUP
Kesimpulan
Diharapkan setelah menguasai delapan ketrampilan mengajar yang telah dijelaskan
di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru sehingga dapat membina dan
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan tertentu mahasiswa calon guru dalam
mengajar. Ketrampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat
dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat, penguasaan
komponen ketrampilan mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan perhatian
secara khusus kepada komponen ketrampilan yang objektif dan dikembangkannya
pola observasi yang sistematis dan objektif.
Hal-hal yg berkaitan dngan Keterampilan guru
A. Keterampilan Dasar Mengajar
Guru merupakan suatu tenaga professional
yang berada dalam lingkungan kependidikan. Hal ini menuntut guru untuk memiliki
suatu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru. Disamping itu juga guru juga
harus menguasai suatu keterampilan dasar dalam mengajar, karena seoarang guru
yang professional setidaknya harus memiliki dua modal dasar dalam mengelola
kegiatan interaksi belajar mengajar, yaitu kemampuan mendesain program dan
keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada anak didik. Dua modal dasar
inilah yang dikenal dengan “Keterampilan Dasar
Mengajar”.
Meskipun pada saat ini sebagian
guru masih menggunakan cara-cara yang konvesional dalam pembelajaran. Hal ini
dianggap masih mudah dilaksanakan dan peserta didik pun lebih paham dengan
cara-cara konvesional guru dalam menyampaikan materi ajar. Namun dalam
pembelajaran pun seorang guru harus mampu membangkitkan partisipasi peserta
didik dalam belajar, sehingga pembelajaran berlangsung secara baik dan
menyenangkan.
Banyak keterampilan dasar
mengajar yang harus dikuasai oleh seorang guru dan guru juga harus mampu
mengkomninasikannya dengan baik. Namun dalam pelaksanaannya keterampilan dasar
mengajar ini masih dianggap rumit oleh sebagian guru, karena guru harus
memahaminya dengan baik agar dalam pembelajaran dapat terjadi interaksi balajar
yang baik. Setidaknya ada delapan keterampilan dasar mengajar yang harus
dimiliki oleh guru agar dalam pembelajaran dapat terjadi interaksi timbale
balik antara peserta didik dan guru serta sesama peserta didik.
B. Beberapa Keterampilan Dasar Mengajar
1. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Dalam Usman (1979 : 91)yang
dimaksud dengan keterampilan membuka dan menutup pelajaran (Set induction)
adalah usaha sadar atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar untuk menciptakan prokondisi bagi murid agar mental maupun
perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut
dapat membawa efek positif dalam kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan membuka pelajaran tidak
hanya dilakukan oleh guru pada awal jam pelajaran, tapi dapat dilakukan pada
setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu.
Tujuan pokok siasat
membuka pelajaran (Set induction)adalah:
- Menyiapkan mental anak didik agar siap memasuki materi yang akan dibicarakan.
- Menimbulkan minat serta pemusatan perhatian anak didik terhadap materi yang akan dibicarakan
Contoh:
Guru : Nah, anak-anak! Pada
pertemuan kali ini kita akan mempelajari suatu pokok pembahasan baru tentang
“Bangun datar”. Tetapi sebelum kita pelajari lebih lanjut topic tersebut,
cobalah perhatikan dahulu ke depan. Gambar apakah yang Bapak pegang ini? Ya,
kamu Beni dan seterusnya.
Untuk menyiapkan mental dan
minat anak didik pada pelajaran, dapat dilakukan melalui upaya-upaya sebagai
berikut:
- Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang telah disajikan.
- Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang akan dipelajari.
- Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
- Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman anak didik terhadap pelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajaki kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.
Kegiatan menutup pembelajaran (closure)
adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau
kegiatan belajar mengajar. Dengan menutup pembelajaran tersebut dapat memberi
deskripsi pelajaran yang baru dipelajari oleh peserta didik, disamping itu
untuk mengetahui tingkat pencapaian peserta didik dan tingkat keberhasilan guru
dalam proses belajar mengajar.
Bentuk usaha guru dalam
mengakhiri kegiatan belajar mengajar adalah
sebagai berikut:
- Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas atau dipelajari sehingga siswa memperoleh gambaran jelas tentang esensi pokok pelajaran yang baru dipelajari
- Mengonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal yang pokok dalam pembelajaran
- Mengorganisasikan semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari
- Memberikan tindak lanjut (follow up) berupa ajakan atau saran agar materi yang baru dipelajari jangan dilupakan serta agar dipelajari kembali di rumah.
Komponen keterampilan membuka
dan menutup pelajaran
- a. Membuka pelajaran
Komponen keterampilan membuka
pelajaran meliputi:
1)
Menarik perhatian siswa, antara lain dengan:
a)
Gaya mengajar guru
b)
Penggunaan alat bantu pelajaran
c)
Pola interaksi yang bervariasi
2)
Menimbulkan motivasi, antara lain dengan:
a)
Kehangatan dan keantusiasan
b)
Menimbulkan rasa ingin tahu
c)
Mengemukan ide yang bertentangan
d)
Memperhatikan minat siswa
3)
Memberi acuan melalui berbagai cara seperti:
a)
Mengemukan tujuan dan batas-batas tugas
b)
Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
c)
Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
d)
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
4)
Membuat kaitan atau hubungan antara materi-materi yang akan dipelajari dengan
pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa
- b. Menutup Pelajaran
1)
Meninjaua kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan
membuat ringkasan
2)
Mengevaluasi antara lain dengan:
a)
Mendemostrasikan keterampilan
b)
Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
c)
Mengeksplorasikan pendapat peserta didik
d)
Memberikan soal-soal tertulis
2. Keterampilan Bertanya
Dalam pembelajaran tidak asing
lagi dengan yang namanya bertanya. Hal ini sangat diperlukan dan seorang guru
harus mamiliki keteranpilan bertanya sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik
dan teknik pelontaran yang tepat pula akan memberikan dampak positif
terhadap siswa, yaitu:
- Meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar
- Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan
- Mengembangkan pola dan cara berpikir aktif dari peserta didik
- Menuntun proses berpikir siswa
- Memusatkan perhatian siswa
Dasar-dasar pertanyaan
yang baik:
a. Jelas dan mudah
dimengerti
Pertanyaan perlu disusun secara
jelas dan singkat, serta harus memperhitungkan kemampuan berfikir dan
perbendaharaan kata ya ng dikuasai anak didik, serta hindari pertanyaan yang
terlalu panjang dan berbelit-belit.
b. Berikan informasi yang
cukup untuk menjawab pertanyaan
Dalam mengajukan pertanyaan
mungkin guru perlu memberikan acuan berupa penjelasan singkat berisi informasi
yang sesuai dengan jawabanyang diharapkan
c. Difokuskan pada suatu
masalah tertentu
Pertanyaan dapat digunakan untuk
memusatkan perhatian anak didik, disamping pemusatan perhatian dapat juga
dilakukan dengan mengetuk meja, mengetuk papan tulis dan tepuk tangan.
- Berikan waktu yang cukup untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan
- Berikan respon yang ramah dan menyenangkan
- Tuntulah peserta didik sehingga mereka mampu menemukan jawaban sendiri dengan benar
Dalam menjawab pertanyaan,
mungkin anak didik tidak dapat memberika jawan yang tepat, dala hal ini
hendaknya guru memberikan tuntunan menuju suatu jawaban yang tepat. Hal ini
dapat dilakukan seperti dengan mengulangi pertanyaan dengan cara lain dan
nahsanya lebih sederhana serta susunan kata yang lebih mudah dipahami anak
didik.
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam keterampilan bertanya:
a. Kehangatan dan
keantusiasan
Dalam proses belajar, guru harus
menunjukan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun menerima
jawaban peserta didik. Sikap ini dapat ditunjukan dengan suara, ekspresi wajah,
gerakan, dan posisi badan menampakan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasan.
b. Kebiasaan yang perlu
dihindari
1)
Mengulang pertanyaan yang peserta didik tidak mampu menjawabnya
2)
Mengulang jawaban siswa
3)
Menjawab sendiri pertanyaan yang diberikan
4)
Usahakan pertanyaan yang diberikan tidak dijawab serempak oleh peserta didik
5)
Menentukan siapa siswa yang harus menjawab pertanyaan
6)
Pertanyaan ganda
3. Keterampilan Menjelaskan
Menjelaskan adalah
mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data
sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu
aspek penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran
menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan
yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap
tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memilki beberapa
komponen yang harus diperhatikan.
Komponen-komponen
keterampilan menjelaskan
1)
Merencanakan
Perencanaan yang diberikan oleh
guru perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan
dan penerimaan pesan. Yang berkaitan dengan isi pesan (materi) meliputi
penganalisaan masalah secara keseluruhan. Mengenai dengan penerimaan pesan
(peserta didik) hendaknya perhatikan hal-hal atau perbedaan pada setiap anak
yang akan menerima pesan seperti usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang
sosial-ekonomi, bakat, dan minat.
2)
Penyajian suatu penjelasan
Agar penjelasan yang diberikan
dapat dipahami, dalam penyajianya perlu diperhatikan hal-hal berikut :
a)
Bahasa yang diucapkan harus jelas dan enak didengar.
b)
Gunakan intonasi sesuai dengan materi yang dijelasan.
c)
Gunakan bahasa indonesia yang baik dan benar, serta hindari kata-kata yang
tidak perlu, seperti “eu”,”mm”,”ya ya ya dan lain-lain.
d) Bila
ada istilah khusus atau baru berilah anak didik defenisi yang tepat.
e)
Perhatikan apakah semua anak didik dapat menerima, memahami penjelasan serta
penjelasan tersebut dapat membangkitkan motifasi belajr mereka.
Ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan, seperti :
- Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun di akhir pembelajaran.
- Penjelasan harus menarik perhatian anak didik sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar.
- Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan anak didik.
- Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan KD(kompetensi dasar) dan bermakna bagi anak didik.
- Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan anak didik.
4. Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan (reinforcement)
adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang
merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku
peserta didik, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback)
bagi peserta didik atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun
koreksi.
a. Tujuan Pemberian
Penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh
positif yang berupa sikap positif terhadap proses belajar peserta didik dan
bertujuan sebagai berikut:
1)
Meningkatkan perhatian siswa dalam belajar
2)
Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
3)
Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku peserta didik yang
produktif.
b. Jenis-jenis
penguatan
1)
Penguatan verbal
Biasanya diutarakan dengan
menggunakan kata-kata pujian, pengahargaan, persetujuan, dan sebagainya,
misalnya: bagus; bagus sekali; betul; pintar; ya, seratus buat kamu.
2)
Penguatan non verbal
a)
Penguatan gerak isyarat : anggukan, gelengan, senyuman, kerut kening, acungan
jempol, dsb.
b)
Penguatan pendekatan: guru berdiri disamping siswa
c)
Penguatan dengan sentuhan (contact) : berjabat tangan, menepuk-nepuk
pundak siswa
d)
Penguatan dengan kegiatan menyenangkan
e)
Penguatan berupa symbol-simbol: seperti kartu bergambar, lencana, ataupun
komentar tertulis
f)
Tidak langsung menyalahkan siswa
c. Prinsip penggunaan
penguatan
1)
Kehangatan dan keantusiasan
Sikap dan gaya guru, termasuk
suara, mimik, dan gerak badan, akan menunjukan adanya kehangatan dan
keantusiasan dalam memberikan penguatan.
2)
Kebermaknaan
Penguatan hendaknya diberikan
sesuai dengan tingkah laku dan penampilan peserta didik sehingga ia mengerti
dan yakin bahwa patut diberi penguatan.
3)
Menghindari penggunaan respon yang negative
Komentar, bercanda, menghina,
ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan mematahkan semangat peserta didik
untuk mengembangkan dirinya.
5. Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah suatu
kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan
untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar mengajar murid
senantiasa menunjukan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
a. Tujuan dan manfaat
1)
Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar
mengajar yang relavan
2)
Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan
menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru
3)
Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan
berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik
4)
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran
yang disenanginya
Variasi dalam kegiatan
belajar-mengajar dapat dokelompokan menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Variasi dalam gaya
mengajar
1)
Pengunaan variasi suara.
Variasi suara adalah perubahan
nada suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi lemah, atau pada suatu
saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
2)
Pemusatan perhatian.
Memusatkan perhatian pada
hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan guru dengan perkataan seperti:
”perhatikan baik-baik” dan lain-lain.
3)
Kesenyapan.
Adanya kesenyapan tiba-tiba yang
disengaja guru ketika menerangkan sesuatu merupakan suatu alat yang baik untuk
menarik perhatian.
4)
Mengadakan kontak pandang.
Apabila guru berbicara dengan
siswa sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata siswa
untuk menunjukkan interaksi dengan mereka.
5)
Gerakan badan dan mimic.
b. Variasi dalam ekspresi
wajah guru,
gerakan kepala, gerakan badan
adalah aspek yang amat penting dalam berkomunikasi. Hal ini tidak saja menarik
perhatian siswa tetapi lebih dari itu, yaitu untuk menyampaikan arti dari pesan
lisan yang dimaksudkan.
c. Pergantian posisi guru
dalam kelas.
Pergantian posisi guru dalam
kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa. Pergantian posisi
disini dimaksudkan ke arah depan atau belakang, ke kiri atau ke kanan.
b. Variasi dalam
penggunaan media dan bahan pengajaran
Media dan alat pengajaran dapat
digolongkan menjadi 3, yaitu:
1)
Alat/bahan yang dapat dilihat.
Contohnya: grafik, gambar di
papan tulis, peta, poster, dan sebagainya.
2)
Alat/bahan yang dapat didengar.
Contohnya: rekaman suara, suara
musik, dan sebagainya.
3)
Alat/bahan yang dapat diraba atau dimanipulasi.
Contohnya: patung, alat mainan,
sempoa, dan sebagainya
c. Variasi pola
interaksi dan kegiatan siswa
Pola interaksi dapat berbentuk
klasikal, kelompok dan perorangan sesuai dengan keperluan, sedangkan variasi
kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihab
atau demonstrasi.
Dalam mengadakan variasi, guru
perlu mengingat prinsip-prinsip penggunaannya yang meliputi :
- Kesesuaian
- Kewajaran
- Kelancaran dan kesinambungan
- Serta perencanaan bagi alat/bahan yang memerlukan penataan khsusus.
6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil suatu
proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka
yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan
kesimpulan, atau pemecahan masalah. Peserta didik berdiskusi dalam
kelompok-kelompok kecil dibawah pengawasan guru atau temannya untuk berbagai
informasi, pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan.
Ciri-ciri diskusi kelompok
kecil:
- Melibatkan 3-9 orang peserta.
- Berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal.
- Mempunyai tujuan yang dicapai dengan kerja sama antar anggota lainnya.
- Berlangsung menurut proses yang sistematis.
Komponen keterampilan yang perlu
dimiliki oleh pimpinan diskusi kelompok kecil adalah sebagai berikut:
a. Memusatkan perhatian
1)
Merumuskan tujuan diskusi secara jelas.
2)
Merumuskan kembali masalah.
3)
Menandai hal-hal yang tidak relevan,jika terjadi penyimpangan.
4)
Merangkum hasil pembicaraan pada saat-saat tertentu.
b. Memperjelas masalah
atau urunan pendapat
1)
Menguraikan kembali atau merangkum urunan pendapat peserta.
2)
Mengajukan pertanyaan pada anggota kelompok tentang pendapat orang lain.
3)
Menguraikan gagasan anggota kelompok dengan tambahan informasi.
c. Menganalisis
pandangan siswa
1)
Meneliti apakah alasan yang dikemukakan punya dasar yang kuat.
2)
Memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.
d. Meningkatkan urunan
siswa
1)
Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang mereka untuk berfikir.
2)
Memberi contoh pada saat yang tepat.
3)
Menghangatkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang mengandung perbedaan
pendapat.
4)
Memberi waktu untuk berfikir.
5)
Mendengarkan dengan penuh perhatian.
e. Menyebarkan
kesempatan berpartisipasi
1)
Memancing pendapat peserta yang enggan berpartisipasi.
2)
Memberikan kesempatan pertama kepada siswa yang enggan berpartisipasi.
3)
Mencegah secara kebijaksanaan peserta yang suka memonopoli pembicaraan.
4)
Mendorong mahasiswa untuk mengomentari pendapat temannya.
5)
Meminta pendapat siswa jika terjadi jalan buntu.
f. Menutup diskusi
dengan cara:
1)
Merangkum hasil diskusi.
2)
Memberikan gambaran tindak lanjut.
3)
Mengajak para siswa menilai proses diskusi yang telah berlangsung.
Diskusi kelompok kecil
memungkinkan siswa:
- Berbagi informasi dan pengalaman dalam memecahkan masalah.
- Menimgkatkan pemahaman terhadap masalah penting.
- Meningkatkan keterlibatan dalan perencanaan dan pengambilan keputusan.
- Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi.
- Membina kerja sama yang sehat, kelompok yang kohesif, dan bertanggung jawab
7. Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas
adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang
optimal guna terjadi proses belajar mengajar yang serasi dan efektif.
a. Tujuan guru
menguasai keterampilan mengelola kelas adalah
:
1)
Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu maupun klasikal dalam
berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang
berlangsung.
2)
Menyadari kebutuhan siswa.
3)
Memberikan respon yang efektif terhadap prilaku siswa.
b. Komponen
keterampilan:
1)
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal,dapat dilakukan dengan cara :
a)
Menunjukan sikap yang tanggap seperti memdekati,memberi reaksi terhadap
gangguan dalam kelas, dll.
b)
Membagi perhatian secara visual dan verbal.
c)
Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut
tanggung jawab siswa.
d)
Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas.
2)
Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
3)
Keterampilan yang berkaitan dengan respon guru terhadap respon negatif siswa
yang berkelanjutan.
c. Enam (6) prinsip
penggunaan keterampilan mengelola kelas,
yaitu:
1)
Kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar.
2)
Menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang siswa untuk berfikir.
3)
Mmenggunakan berbagai variasi untuk menghilangkan kejenuhan.
4)
Keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas.
5)
Penekanan pada hal-hal yang bersifat positif.
6)
Penanaman disiplin diri sendiri.
d. Hal-hal yang
harus dihindari guru dalam mengelola kelas, yaitu:
1)
Campur tangan yang berlebihan.
2)
Penghentian suatu pembicaraan/kegiatan karena ketidaksiapan guru.
3)
Ketidakpastian memulai dan mengakhiri pelajaran.
4)
Penyimpangan,terutama yang berkaitan dengan disiplin diri.
5)
Bertele-tele.
6)
Pengulangan penjelasan yang tidak diperlukan.
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Didalam kelas,seorang guru
mungkin menghadapi banyak kelompok kecil serta banyak siswa yang masing-masing
diberi kesempatan belajar secara kelompok maupun perorangan.
a. Peranan guru dalam
penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah:
1)
Organisator kegiatan belajar mengajar
2)
Sumber informasi bagi siswa
3)
Pendorong bagi siswa untuk belajar
4)
Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa
5)
Pendiagnosa dan pemberi bantuan kepada siswa sesuai dengan kebutuhannya.
b. Komponen
keterampilan, yaitu:
1)
Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi,dengan cara :
a)
Kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa
b)
Mendengarkan secara simpatik gagasan yang dikemukakan siswa
c)
Membangun hubungan saling mempercayai
d)
Menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan
e)
Mengendalikan situasi agar siswa merasa aman.
2) Keterampilan
mengorganisasikan,dengan cara :
a)
Memberi orientasi umum
b)
Memvariasikan kegiatan
c)
Mengkoordinasikan kegiatan
d)
Membagi-bagi perhatian dalam berbagai tugas
e)
Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi berupa laporan atau kesepakatan.
3) Keterampilan
membimbing dan memudahkan belajar.
a)
Memberi penguatan yang sesuai
b)
Mengembangkan supervisi proses awal yang mencakup sikap tanggap terhadap
keadaan siswa
c)
Mengadakan supervisi proses lanjutan yang berupa bantuan yang diberikan secara
selektif
d)
Mengadakan supervise pemanduan,dengan cara mendekati setiap kelompok/perorangan
agar mereka siap untukmengikuti kegiatan akhir.
4) Keterampilan
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang meliputi hal-hal
berikut :
a)
Menetapkan tujuan belajar
b)
Merencanakan kegiatan belajar
c)
Berperan sebagai penasehat
d)
Membantu siswa menilai kemajuan sendiri.
No comments:
Post a Comment